Hampir setiap mobil keluaran baru selalu menawarkan dua pilihan persneling atau transmisi, yakni manual dan otomatis (automatic transmission/matic). Dengan transmisi manual, pengemudi harus menginjak pedal kopling sebelum memindah gigi persneling. Sementara dengan transmisi matic, mereka hanya menginjak pedal gas dan gigi persneling berpindah secara otomatis.
Sebagian orang enggan membeli mobil matic karena takut mitos perawatan mahal dan jika rusak tak banyak bengkel yang bisa memperbaiki. "Pendapat ini tak salah karena faktanya di Indonesia belum banyak yang bisa memperbaiki transmisi matic.
Namun, mitos itu baru benar bila persneling matic dibiarkan rusak karena tak tahu cara merawat. "Perawatan mobil matic justru bisa lebih murah daripada manual kalau dilakukan dengan benar. Pada mobil manual, kopling set persneling rata-rata harus ganti setiap dua tahun. Sedangkan mobil matic umurnya bisa lebih lima tahun, bergantung pada pemakaian.
Sebaliknya, orang yang sudah merasakan kenyamanan mobil matic biasanya terlena. Apalagi dengan iming-iming bahasa pemasaran tentang transmisi otomatis "bebas perawatan" atau "berumur seumur hidup", pemakai mobil matic bisa enggan merawat persneling mobil. "Setiap benda buatan manusia pasti ada umur pakainya. Sebagus apa pun transmisi matic kalau dipakai terus-menerus pasti aus, apalagi kalau pemakaiannya tak benar.
Salah satu perawatan mendasar yang jarang diperhatikan adalah penggantian oli secara rutin. Padahal, oli transmisi otomatis (automatic transmission fluid/ATF) adalah komponen vital dalam sistem transmisi matik. Selain berfungsi sebagai pelumas, oli juga berperan sebagai penerus daya gerak mesin karena sekitar 85% kerusakan persneling matic yang masuk bengkel karena kelalaian mengganti oli. 10% sisanya karena faktor usia dan 5% sebab kesalahan pemakaian.
Salah satu kesalahan fatal pengguna mobil matik adalah termakan bahasa iklan, transmisi otomatis tak perlu ganti oli seumur hidup (lifetime). Namun yang perlu dicermati adalah arti kalimat 'seumur hidup'. Ini bukan berarti 'umur hidup' pemakainya, tetapi umur hidup mobil. Bila mobil dirancang memiliki umur hidup 6 tahun, oli transmisi matik-bahkan transmisinya sendiri-didesain untuk bertahan selama 6 tahun, kalau mau berusia lebih panjang dari lifetime itu harus dirawat rutin.
Pemahaman lain adalah menganggap transmisi otomatis tak dilengkapi kopling dan kanvas kopling lagi. Padahal, di transmisi matik jumlah kanvas koplingnya justru lebih banyak dibandingkan dengan transmisi manual. Kanvas-kanvas kopling ini akan saling bergesekan pada saat persneling bekerja menggerakkan mobil. Dari gesekan tersebut, timbul serpihan serbuk halus. Makin tua umur oli, makin berkurang kekentalan dan viskositasnya. Gesekan antar kanvas kopling makin keras dan makin banyak serpihan yang dihasilkan. "Lama-lama serbuk itu menyumbat filter oli sehingga oli tak bersirkulasi sempurna dan kanvas kopling saling bergesekan langsung tanpa dilumasi oli.
Tanda-tanda mulai terjadi kerusakan transmisi matik adalah gejala kopling selip, yang terlihat dari tak berimbangnya putaran mesin dengan laju mobil. Mesin sudah meraung di putaran tinggi, tetapi mobil tak berjalan dengan laju seimbang. Perpindahan gigi persneling juga mengentak, tak halus seperti biasa. "Bisa dicek dengan memasukkan persneling ke posisi D atau R, lalu rem dilepas. Dalam kondisi sehat, mobil langsung bergerak. Bila tidak, patut dicurigai ada masalah di transmisi matik. Dianjurkan pemeriksaan kondisi oli transmisi otomatis secara rutin, juga pada mobil baru. Bila volume oli berkurang atau oli bau gosong, segera bawa mobil ke bengkel.
Pemeriksaan kondisi dan volume oli mobil bisa dilakukan dengan melihat tongkat pengukur (dipstick) yang terletak di ruang mesin di atas bak persneling (gearbox). Pada beberapa tipe mobil lain, terutama buatan Eropa seperti Audi, pemeriksaan dilakukan lewat lubang di bawah gearbox. Untuk itu, mobil harus diangkat hingga ketinggian tertentu sehingga orang bisa masuk kolong mobil. Dianjurkan setiap pemilik mobil matik mengganti oli transmisi setiap 5.000 kilometer (km), bersamaan dengan penggantian oli mesin. Lalu, setiap 20.000 km dianjurkan oli dikuras dan diganti baru, diikuti penggantian filter oli transmisi. "Tujuannya, mengeluarkan serpihan-serpihan itu.
Biaya ganti dan kuras oli matik relatif lebih mahal dibandingkan dengan manual. Pada mobil manual, setiap penggantian oli persneling rata-rata membutuhkan biaya Rp 90.000, sedangkan matik mencapai Rp 150.000-Rp 200.000 . Untuk pengurasan bisa sampai Rp 500.000. Mungkin harga itu sebanding dengan kenyamanan mengemudi mobil matik di jalan macet. Lebih baik Anda mengeluarkan uang untuk perawatan rutin daripada merogoh dompet hingga jutaan rupiah guna perbaikan transmisi matik yang rusak. Biaya overhaul transmisi matik rata-rata Rp 3-5 juta. Itu baru ongkos jasa, belum termasuk penggantian onderdil yang jauh lebih besar. Untuk mobil Eropa, penggantian gearbox matik bisa mencapai Rp 60 juta.
Sebagian orang enggan membeli mobil matic karena takut mitos perawatan mahal dan jika rusak tak banyak bengkel yang bisa memperbaiki. "Pendapat ini tak salah karena faktanya di Indonesia belum banyak yang bisa memperbaiki transmisi matic.
Namun, mitos itu baru benar bila persneling matic dibiarkan rusak karena tak tahu cara merawat. "Perawatan mobil matic justru bisa lebih murah daripada manual kalau dilakukan dengan benar. Pada mobil manual, kopling set persneling rata-rata harus ganti setiap dua tahun. Sedangkan mobil matic umurnya bisa lebih lima tahun, bergantung pada pemakaian.
Sebaliknya, orang yang sudah merasakan kenyamanan mobil matic biasanya terlena. Apalagi dengan iming-iming bahasa pemasaran tentang transmisi otomatis "bebas perawatan" atau "berumur seumur hidup", pemakai mobil matic bisa enggan merawat persneling mobil. "Setiap benda buatan manusia pasti ada umur pakainya. Sebagus apa pun transmisi matic kalau dipakai terus-menerus pasti aus, apalagi kalau pemakaiannya tak benar.
Salah satu perawatan mendasar yang jarang diperhatikan adalah penggantian oli secara rutin. Padahal, oli transmisi otomatis (automatic transmission fluid/ATF) adalah komponen vital dalam sistem transmisi matik. Selain berfungsi sebagai pelumas, oli juga berperan sebagai penerus daya gerak mesin karena sekitar 85% kerusakan persneling matic yang masuk bengkel karena kelalaian mengganti oli. 10% sisanya karena faktor usia dan 5% sebab kesalahan pemakaian.
Salah satu kesalahan fatal pengguna mobil matik adalah termakan bahasa iklan, transmisi otomatis tak perlu ganti oli seumur hidup (lifetime). Namun yang perlu dicermati adalah arti kalimat 'seumur hidup'. Ini bukan berarti 'umur hidup' pemakainya, tetapi umur hidup mobil. Bila mobil dirancang memiliki umur hidup 6 tahun, oli transmisi matik-bahkan transmisinya sendiri-didesain untuk bertahan selama 6 tahun, kalau mau berusia lebih panjang dari lifetime itu harus dirawat rutin.
Pemahaman lain adalah menganggap transmisi otomatis tak dilengkapi kopling dan kanvas kopling lagi. Padahal, di transmisi matik jumlah kanvas koplingnya justru lebih banyak dibandingkan dengan transmisi manual. Kanvas-kanvas kopling ini akan saling bergesekan pada saat persneling bekerja menggerakkan mobil. Dari gesekan tersebut, timbul serpihan serbuk halus. Makin tua umur oli, makin berkurang kekentalan dan viskositasnya. Gesekan antar kanvas kopling makin keras dan makin banyak serpihan yang dihasilkan. "Lama-lama serbuk itu menyumbat filter oli sehingga oli tak bersirkulasi sempurna dan kanvas kopling saling bergesekan langsung tanpa dilumasi oli.
Tanda-tanda mulai terjadi kerusakan transmisi matik adalah gejala kopling selip, yang terlihat dari tak berimbangnya putaran mesin dengan laju mobil. Mesin sudah meraung di putaran tinggi, tetapi mobil tak berjalan dengan laju seimbang. Perpindahan gigi persneling juga mengentak, tak halus seperti biasa. "Bisa dicek dengan memasukkan persneling ke posisi D atau R, lalu rem dilepas. Dalam kondisi sehat, mobil langsung bergerak. Bila tidak, patut dicurigai ada masalah di transmisi matik. Dianjurkan pemeriksaan kondisi oli transmisi otomatis secara rutin, juga pada mobil baru. Bila volume oli berkurang atau oli bau gosong, segera bawa mobil ke bengkel.
Pemeriksaan kondisi dan volume oli mobil bisa dilakukan dengan melihat tongkat pengukur (dipstick) yang terletak di ruang mesin di atas bak persneling (gearbox). Pada beberapa tipe mobil lain, terutama buatan Eropa seperti Audi, pemeriksaan dilakukan lewat lubang di bawah gearbox. Untuk itu, mobil harus diangkat hingga ketinggian tertentu sehingga orang bisa masuk kolong mobil. Dianjurkan setiap pemilik mobil matik mengganti oli transmisi setiap 5.000 kilometer (km), bersamaan dengan penggantian oli mesin. Lalu, setiap 20.000 km dianjurkan oli dikuras dan diganti baru, diikuti penggantian filter oli transmisi. "Tujuannya, mengeluarkan serpihan-serpihan itu.
Biaya ganti dan kuras oli matik relatif lebih mahal dibandingkan dengan manual. Pada mobil manual, setiap penggantian oli persneling rata-rata membutuhkan biaya Rp 90.000, sedangkan matik mencapai Rp 150.000-Rp 200.000 . Untuk pengurasan bisa sampai Rp 500.000. Mungkin harga itu sebanding dengan kenyamanan mengemudi mobil matik di jalan macet. Lebih baik Anda mengeluarkan uang untuk perawatan rutin daripada merogoh dompet hingga jutaan rupiah guna perbaikan transmisi matik yang rusak. Biaya overhaul transmisi matik rata-rata Rp 3-5 juta. Itu baru ongkos jasa, belum termasuk penggantian onderdil yang jauh lebih besar. Untuk mobil Eropa, penggantian gearbox matik bisa mencapai Rp 60 juta.
0 komentar:
Post a Comment